Tipe
Wirausaha
1. Menjadi wirausahawan mandiri
Untuk menjadi seorang
wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti
dimiliki. Ada 3 jenis
modal utama yang menjadi syarat :
Sumber daya internal,
yang merupakan bagian dari pribadi calon
wirausahawan misalnya
kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisa
dan menghitung
risiko, keberanian atau visi jauh ke depan.
Sumber daya
eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai
modal usaha dan modal
kerja, social network dan jalur demand/supply,
dan lain sebagainya.
Faktor X, misalnya
kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon
usahawan harus
menghitung dengan seksama apakah ke-3 sumber daya
ini ia miliki sebagai
modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan
merasa optimis dan
keputusan untuk membuat mimpi itu menjadi tunastunas
kenyataan sebagai
wirausahawan mandiri boleh mulai
dipertimbangkan.
2. Mencari
mitra dengan “mimpi” serupa
Jika 1 atau 2 jenis
sumber daya tidak dimiliki, seorang calon wirausahawan
bisa mencari
partner/rekanan untuk membuat mimpi-mimpi itu jadi
kenyataan. Rekanan
yang ideal adalah rekanan yang memiliki sumber daya
yang tidak
dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan “modal/sumber
daya” di antara
mereka. Umumnya kerabat dan teman dekatlah yang
dijadikan prospective
partner yang utama sebelum mempertimbangkan
pihak lainnya,
seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank.
Pilihan jenis mitra
memiliki resiko tersendiri.
Resiko terbesar yang
harus dihadapi ketika berpartner dengan teman dekat
adalah
dipertaruhkannya persahabatan demi bisnis. Tidak sedikit keputusan
bisnis mesti dibuat
dengan profesionalisme tinggi dan menyebabkan
persahabatan menjadi
retak atau bahkan rusak. Jenis mitra bisnis lainnya adalah
anggota keluarga,
risiko yang dihadapi tidak banyak berbeda dengan teman
dekat.
Namun, bukan berarti
bermitra dengan mereka tidak dapat dilakukan. Satu hal yang
penting adalah
memperhitungkan dan membicarakan semua risiko secara
Dapatkan
banyak E-book Gratis di http://www.Ebookgratis.co.cc
terbuka sebelum
kerjasama bisnis dimulai sehingga jika konflik tidak dapat
dihindarkan, maka
sudah terbayang bagaimana cara menyelesaikannya
sejak dini sebelum
merusak bisnis itu sendiri.
Mitra bisnis lain
yang lebih netral adalah bank atau institusi keuangan
lainnya terutama jika
modal menjadi masalah utama. Pinjaman pada bank
dinilai lebih aman
karena bank bisa membantu kita melihat secara makro
apakah bisnis kita
itu akan mengalami hambatan. Bank yang baik wajib
melakukan inspeksi
dan memeriksa studi kelayakan (feasibility study) yang
kita ajukan.
Penolakan dari bank dengan alasan “tidak feasible” bisa
merupakan feedback
yang baik, apalagi jika kita bisa mendiskusikan dengan
bagian kredit bank
mengenai elemen apa saja yang dinilai “tidak
feasible”.
Bank juga bisa
membantu kita untuk memantau kegiatan usaha
setiap tahun dan jika
memang ada kesulitan di dalam perusahaan, bank
akan mempertimbangkan
untuk tidak meneruskan pinjamannya. Ini
merupakan “warning”
dan kontrol yang bisa menyadarkan kita untuk segera
berbenah.
Wirausahawan yang “memaksakan”
bank untuk memberi pinjaman tanpa studi
kelayakan yang
obyektif dan benar akhirnya sering mengalami masalah yang
lebih parah. Agunan
(jaminan) disita, perusahaan tidak jalan, dan hilanglah
harapan untuk membuat
mimpi indah menjadi kenyataan. Kejadian seperti ini
sudah sangat sering
terjadi, dalam skala kecil maupun skala nasional.
Pinjaman seringkali
melanggar perhitungan normal yang semestinya diterapkan
oleh bank sehingga
ketika situasi ekonomi tidak mendukung, sendi
perekonomian mikro
dan makro pun turut terbawa jatuh.
3.Menjual
mimpi itu kepada wirausahawan lain (pemilik modal)
Jika teman atau
kerabat yang bisa diajak bekerjasama tidak tersedia (entah
karena kita lebih
menghargai hubungan kekerabatan atau persahabatan
atau karena memang
mereka tidak dalam posisi untuk membantu) dan tidak
ada agunan yang bisa
dijadikan jaminan untuk memulai usaha anda, ada
cara lain yang lebih
drastis, yaitu menjual ide atau mimpi indah itu kepada
pemilik modal.
Kesepakatan mengenai
bagaimana bentuk kerjasama bisa dilakukan antara si
pemilik modal dan
penjual ide. Bisa saja pemilik modal yang memodali dan
Dapatkan
banyak E-book Gratis di http://www.Ebookgratis.co.cc
penjual ide yang
menjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual
idenya dan tidak lagi
terlibat dalam usaha itu. Jalan ini biasanya diambil
sesudah cara lainnya
tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita miliki
memang sangat layak
diperhitungkan.
Ketiga cara di atas
selayaknya dipikirkan sebelum seseorang mengambil
keputusan untuk
menjadi wirausahawan.
Namun ada satu hal
yang paling utama dan terpenting. Yaitu harus ada komitmen
untuk sukses.
Komitmen artinya usaha yang terus dilakukan, tidak peduli apapun
yang terjadi, tidak
akan berhenti sebelum sukses.
Bila Anda membutuhkan
bantuan untuk membangun usaha, baik konsultasi
maupun coaching
(pelatihan) bisnis, Anda bisa kunjungi
0 komentar:
Posting Komentar